Monday, September 28, 2015

METODE DAKWAH ISLAM



Daftar Isi



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul METODE DAKWAH ISLAM. Alhamdulillah makalah ini selesai tepat pada waktunya.
             Makalah ini berisi informasi tentang pengertian  dakwah atau yang lebih khususnya membahas tentang metode berdakwah, serta cara Nabi dalam berdakwah, Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang dakwah. Seperti pada    al – Qur’an surat  an-Nahl ayat 125 yang menjelaskan tentang metode berdakwah.“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
              Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak  yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
             Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin.












BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah dakwah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzar, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khotbah. Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat didefinisikan bahwa dakwah Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqoamah dijalaNya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Masyarakat Makkah memelihara kedudukan tata nilai yang tinggi dan istimewa, karena hal semacam itu memberikan kehidupan yang makmur.
Kaum Quraisy memandang diri mereka lebih mulia dari bangsa arab. Jika kaum Quraisy tunduk kepada Nabi Muhammad SAW, itu sama artinya menyerahkan semua kekuasaan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak akan membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Dengan pokok pikiran tersebut, kami tertarik untuk menuangkan fikiran dan masalah kewajiban berdakwah dalam bentuk makalah.

B.     Rumusan Masalah

1.      Metode – metode apa saja yang ada dalam berdakwah ?
2.      Bagaimana cara nabi berdakwah ?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui metode – metode apa saja yang ada dalam berdakwah
2.      Untuk mengetahui bagaimana cara Nabi berdakwah

D.    Metode Penelitian

1.      Rangkuman dari beberapa buku-buku tentang dakwah
2.      Dari media masa




BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Dakwah

Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah dakwah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzar, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khotbah. Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat didefinisikan bahwa dakwah Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqoamah dijalaNya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan definisi yang bervariasi mengenai kata dakwah, antara lain :
1.      Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh para RasulNya dengan cara membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.
2.      Syaikh Muhammad Ash-Shawwaf mengatakan, ”Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi, berupa hidayah sang khaliq kepada makhluk, yakni dien dan jalan-Nya yang lurus yang sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk bisa selamat kembali kepada-Nya.”
3.      Ahmad Ghalwasy dalam bukunya ”ad dakwah al-Islamiyah” mengatakan bahwa, ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan kandungan ajaran Islam, baik itu akidah, syariat, maupun akhlak.
4.      Drs. Muhammad Al-Wakil mendefinisikan, ”Dakwah adalah mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf dan nahi munkar.”
Dari beberapa definisi di atas dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah bukan hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga menyentuh pada pembinaan dan takwin (pembentukan) pribadi, keluarga, dan masyarakat Islam.







B.     Metode Dakwah

Metode adlah suatu cara yang di tempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia .Metode dakwah adalah jalan atau cara yang di pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah islam. Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah, yaitu:
1.      Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga mudah di mengerti dan mereka tidak merasa bosan dan apa yang da’i sampaikan.
2.      Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran islam dengan rasa kasih sayang (lemah lembut), sehingga apa yang disampaikan dai tersebut bisa menyentuh hati si madu.
3.      Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran atau tanya jawab. Dengan ini dai bisa mengetahui apa yang menjadi pertanyaan oleh sekelompok orang/individu tentang suatu masalah dalam kehidupan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat Islam, telah diketahui bahwa dakwah mempunyai kedudukan yang amat penting. Dengan dakwah, dapat disampaikan serta dijelaskan mengenai ajaran Islam kepada masyarakat dan umat sehingga mereka dapat mengetahui mana yang benar (haq) dan mana yang salah (batil). Peranan dakwah bukan hanya sebatas agar umat dapat mengetahui dan membedakan tetapi dakwah juga dapat mempengaruhi masyarakat untuk bisa melaksanakan hal-hal yang baik serta dapat menjauhi apa saja yang tidak benar yang terjadi dalam masyarakat. Sekiranya ini dapat diwujudkan dalam masyarakat Islam, sudah tentu hasrat kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dapat dicapai. Sala satu contohnya adalah

Dakwah Terhadap Orang ramai
Kalau kita memberikan dakwah kepada orang ramai, maka tugas kita jauh lebih sulit dari memanggil orang – orang. Kalau dalam fasal yang lalu telah dikemukakan bahwa pembicaraan mudah dapat diduga, bahwa didalam menghadapi orang banyak akan sekian banyak predisposition pendengar, yang harus kita hitungkan . Untunglah yang demikian itu tidak perlu dilakukan.
Dalam hal predisposition, kita cukup membagi golongan pendengar menurut dugaan dalam pembagian besar saja, dan pembicaraan lalu disesuaikan menurut keadaan golongan dalam pembagian besar itu. Dan kalau pembagian besar itu terlalu banyak dapat dicukupkan dalam 3 golongan saja yaitu : tingkatan yang terendah pengalamanya, sedang dan yang tinggi.
metode dakwah dilakukan berdasarkan pada obyek mad’u (sasaran dakwah). Jika mad’u itu dari golongan orang yang mengetahui maka perlulah penjelasan yang terperinci dan tegas besertakan dalil yang lengkap. Jika mad’u dari golongan orang yang kurang memahami Islam yang sebenarnya maka barulah digunakan cara yang lembut. Akan tetapi jika mereka itu telah memeluk Islam maka tidak boleh lari dari apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya karena itu adalah tuntutan agama.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu prinsip utama yang fundamental dalam ajaran Islam adalah “lakum dinukum waliyadin” memberikan pilihan kepada setiap umat manusia untuk menentukan urusan agamanya (menjadi muslim atau orang kafir). Namun seseorang dituntut bila menjadi Muslim maka hendaklah bersyukur serta tunduk dan patuh akan ketentuan Allah SWT. Hal ini sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam al-Qur’an surah al-Insaan: 3: “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur, ada pula yang kafir”.
Bahkan ketika Rasulullah SAW. memiliki keinginan kuat agar setiap orang beriman kepada Allah SWT, menjadi Muslim yang baik, dan bila perlu dengan pemaksaan dan tekanan, maka Allah SWT. langsung mengingatkannya, dengan firman-Nya dalam Surah Yunus: 99-100: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Juga firman-Nya dalam Qur’an Surah Al Baqarah: 256: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Dengan demikian Supaya proses dakwah berjalan dengan sempurna maka seorang dai harus menggunakan metode,materi serta Media yang tepat. Seorang Dai harus mempunyai Materi yang sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u, yang mana dalam Penyampaian materi, si Dai hendaklah menggunakan metode-metode pokok bagi seorang Dai. Setelah Proses Penentuan materi serta Metode-metodenya terlaksana maka seorang Dai Bisa melaksanakan Dakwahnya melalui media, Baik itu Media lisan tulisan dan sebagainya. Apabila seorang dai telah melakukan tahapan-tahapan di atas maka yang terakhir adalah Proses Evaluasi terhadap dakwah yang di sampaikannya, bagaimana respon ataupun Feedback dari madu. Evaluasi dan koreksi terhadap efek dakwah harus dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah. Seluruh kompenen sistem (unsur-unsur) dakwah harus di evaluasi secara keseluruhan. Para dai harus mempunyai jiwa terbuka untuk melakukan pembaharuan dan perubahan.
 Jika proses evaluasi telah menghasilkan beberapa keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action). Dan jika proses ini telah dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah, dan inilah yang di sebutkan dalam agama dengan sebutan ikhtiar insani .
Jadi, dalam proses penyampaian ajaran agama islam maka si dai harus sangat memperhatikan unsur-unsur dakwah guna mewujudkan efektifitas dalam penyampaian supaya si madu bisa menerima dan mengaplikasikan ajaran-ajaran agama yang telah di sampaikan oleh si Dai tersebut dalam kehidupannya.


Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah. Nabi Muhamad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan, dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kista dari Persia, dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).

dapat dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan kemampuan masing-masing jurudakwah. Yang pasti, setiap Muslim wajib melaksanakannya karena seorang Muslim berkewajiban menyebarkan kebenaran Islam kepada orang lain.

1.      Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).

2.      Dakwah Ammah

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.

3.      Dakwah bil-Lisan

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). Dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari ibadah, seperti khutbah Jum’at atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.

4.      Dakwah bil-Haal

Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad’ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da’i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.

5.      Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang da’i, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.

6.      Dakwah bil Hikmah

Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif atau bijak, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Dalam kitab Al-Hikmah Fi Al Dakwah Ilallah Ta’ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian Al-Hikmah. Menurut bahasa, Al-Hikmah artinya adil, ilmu, sabar, kenabian, dan Al-Qur’an; memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan; ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama; obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal; serta pengetahuan atau ma’rifat.
Menurut istilah syar’i, Al-Hikmah artinya valid (sah) dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara’ dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan menjawab dengan tegas dan tepat.











Pengertian Teknik Dakwah


Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, kita memerlukan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi, dalam setiap penerapan metode, dibutuhkan beberapa teknik.

Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada 3 yaitu:
a)      Dakwah Lisan (da'wah bil al-lisan)
b)      Dakwah Tulis (da'wah bil al-qolam)
c)      Dakwah Tindakan (da'wah bil al-hal) 
Berdasarkan ketiga bentuk dakwah tersebut, maka metode dan teknik dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)      Metode Ceramah
a.       Teknik pesiapan ceramah
b.      Teknik penyampaian ceramah
c.       Teknik penutupan ceramah
2)      Metode Diskusi
a.       Manfaat dan macam-macam diskusi
b.      Teknik pelaksanaan diskusi
3)      Metode Konseling
a.       Teknik non direktif
b.       Teknik direktif
c.        Teknik elektik
4)      Metode Karya Tulis
a.       Teknik penulisan
b.      Teknik penulisan surat (korespondensi)
c.       Teknik pembuatan gambar
5)      Metode Pemberdayaan Masyarakat
a.       Teknik non partisipasi
b.      Teknik tekonisme
c.       Teknik partisipasi / kekuasaan masyarakat
6)      Metode Kelembagaan
a.       Manejemen SDM pengurus lembaga dakwah (man)
b.      Manejemen keuangan lembaga dakwah (money)
c.       Manejemen strategi lembaga dakwah (method)
d.      Manejemen sarana lembaga dakwah (machine)
e.        Manejemen produk lembaga dakwah (material) f) Manejemen pemasaran lembaga dakwah (market)
Pengertian Taktik Dakwah Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya individual, masing-masing pendakwah memiliki taktik yang dalam menggunakan teknik yang sama, setiap pendakwah yang menjalankan kegiatan dakwah masing-masing memiliki pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini juga berlaku saat menghadapi mitra dakwah yang berbeda. Dengan demikian keberhasilan dakwah lebih bersifat kasuistik. Keberhasilan dakwah dengan suatu metode dan teknik belum tentu sukses dalam dakwah yang lain. Taktik dakwah dapat menjadi identitas individu, setiap orang cenderung pada taktik tertentu, meski taktik yang lain bisa dilakukannya. Ada taktik dominant dalam diri kita, sehingga ini yang sering muncul dari kita, baik disadari maupun tidak disadari, taktik hampir bersama dengan karakter kita.

Metode Dakwah Rasulullah

Setelah memahami metode dakwah yang tertera di dalam Alquran, dapat dipahami bahwa metode dakwah yang digunakan oleh Rasulullah adalah metode yang sesuai dengan yang tertera di dalam Alquran, dengan melalui pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga dalam catatan sejarah dakwah Islam, Rasulullah merupakan tokoh utama dalam penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat Arab, selain dakwah yang juga dilaksanakan oleh nabi sebelum Rasulullah kepada kaumnya.
Cara atau metode yang disampaikan oleh Rasulullah agar tujuan dakwah dapat tercapai adalah dengan mengambil langkah-langkah gemilang yang tercatat di dalam sejarah, di antara langkah-langkah beliau dalam penyampaian dakwah adalah dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1.      Tahapan dakwah secara rahasia selama tiga tahun;
2.       Tahapan dakwah secara terbuka terhadap penduduk Mekkah, sejak tahun keempat kenabian hingga akhir tahun kesepuluh kenabian; dan
3.       Tahapan dakwah di luar Mekkah, berlangsung dari akhir tahun kesepuluh kenabian hingga hijrah ke Madinah.
Dengan melalui metode yang tertera di dalam Alquran, Rasulullah menerapkan beberapa pendekatan dalam aplikasi penggunaan metode tersebut, metode tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Pendekatan personal; dilakukan dengan cara individual antara pelaku dakwah dan sasaran dakwah dengan tatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan menimbulkan reaksi dari sasaran dakwah yang langsung diketahui.
2.       Pendekatan pendidikan; dilakukan seiring dengan masuk islamnya para sahabat, dan hingga sekarang hal tersebut masih teraplikasi pada lembaga pendidikan pesantren, yayasan bernuansa Islam, atau perguruan tinggi yang terdapat materi-materi keislaman.
3.       Pendekatan diskusi; dilakukan oleh pelaku dakwah sebagai nara sumber, dan sasaran dakwah sebagai audience (peserta diskusi), dengan tujuan dari diskusi tersebut membahas serta menemukan solusi dari problematika yang berkaitan dengan dakwah sehingga dapat diselesaikan.
4.      Pendekatan penawaran; dilakukan dengan menawarkan atau mengajak untuk beriman kepada Allah SWT tanpa memaksa (persuasif).
5.      Pendekatan misi; dilakukan dengan mengutus atau mengirimkan para pelaku dakwah ke daerah di luar tempat berdomisili (ekspansi).
Dengan memperhatikan beberapa hal yang telah diuraikan mengenai metode dakwah Rasulullah, dapat dijadikan sebagai pelajaran kepada umat Islam dalam pelaksanaan dakwah memerlukan beberapa faktor sebagai berikut:
1.      Mengembangkan pola pikir dan wawasan keilmuan;
2.      Pola pikir dan wawasan yang luas tersebut mempengaruhi kepribadian, sehingga tidak mudah terlarut dengan sikap-sikap negatif;
3.      Mampu menguraikan materi sesuai dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.




















BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulakan bahawa metode dakwah dilakukan berdasarkan pada obyek mad’u (sasaran dakwah). Jika mad’u itu dari golongan orang yang mengetahui maka perlulah penjelasan yang terperinci dan tegas besertakan dalil yang lengkap. Jika mad’u dari golongan orang yang kurang memahami Islam yang sebenarnya maka barulah digunakan cara yang lembut. Akan tetapi jika mereka itu telah memeluk Islam maka tidak boleh lari dari apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya karena itu adalah tuntutan agama.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu prinsip utama yang fundamental dalam ajaran Islam adalah “lakum dinukum waliyadin” memberikan pilihan kepada setiap umat manusia untuk menentukan urusan agamanya (menjadi muslim atau orang kafir). Namun seseorang dituntut bila menjadi Muslim maka hendaklah bersyukur serta tunduk dan patuh akan ketentuan Allah SWT. Hal ini sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam al-Qur’an surah al-Insaan: 3: “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur, ada pula yang kafir”.

B. Saran

Kami menyadari tentu masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari penulisan serta penyajian dalam Makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan masukan-masukan dari Dosen Pembimbing Serta teman-teman guna kesempurnaan makalah yang akan datang.











DAFTAR PUSTAKA


Tim Penyusun Rahmat Semesta, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2003, h. 7-8.
Siti Zainab, Harmonisasi Dakwah dan Komunikasi, Banjarmasin: Antasari Press, 2009, h. 32.


If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It