Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul METODE DAKWAH ISLAM.
Alhamdulillah makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi informasi
tentang pengertian dakwah atau yang
lebih khususnya membahas tentang metode berdakwah, serta cara Nabi dalam
berdakwah, Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang dakwah. Seperti pada al –
Qur’an surat an-Nahl ayat 125 yang
menjelaskan tentang metode berdakwah.“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami.
Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologis dakwah berasal
dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai
mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah dakwah
ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan
nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzar, washiyah, tarbiyah, ta’lim
dan khotbah. Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat didefinisikan bahwa
dakwah Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang
lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqoamah dijalaNya
serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara
terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut,
yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Masyarakat Makkah memelihara
kedudukan tata nilai yang tinggi dan istimewa, karena hal semacam itu
memberikan kehidupan yang makmur.
Kaum Quraisy memandang diri mereka
lebih mulia dari bangsa arab. Jika kaum Quraisy tunduk kepada Nabi Muhammad
SAW, itu sama artinya menyerahkan semua kekuasaan kepada keluarga Nabi Muhammad
SAW. Mereka tidak akan membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Dengan pokok pikiran tersebut, kami
tertarik untuk menuangkan fikiran dan masalah kewajiban berdakwah dalam bentuk
makalah.
B. Rumusan Masalah
1.
Metode – metode
apa saja yang ada dalam berdakwah ?
2.
Bagaimana cara
nabi berdakwah ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
metode – metode apa saja yang ada dalam berdakwah
2.
Untuk mengetahui
bagaimana cara Nabi berdakwah
D. Metode Penelitian
1.
Rangkuman dari
beberapa buku-buku tentang dakwah
2.
Dari media masa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah
Secara etimologis dakwah berasal
dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai
mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah dakwah
ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan
nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzar, washiyah, tarbiyah, ta’lim
dan khotbah. Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat didefinisikan bahwa
dakwah Islam adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang
lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqoamah dijalaNya
serta berjuang bersama meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis
pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan
kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. Sementara itu, para ulama
memberikan definisi yang bervariasi mengenai kata dakwah, antara lain :
1. Menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada
apa yang dibawa oleh para RasulNya dengan cara membenarkan apa yang mereka
beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.
2. Syaikh Muhammad Ash-Shawwaf
mengatakan, ”Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi, berupa
hidayah sang khaliq kepada makhluk, yakni dien dan jalan-Nya yang lurus yang
sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk bisa selamat
kembali kepada-Nya.”
3. Ahmad Ghalwasy dalam bukunya ”ad
dakwah al-Islamiyah” mengatakan bahwa, ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai
untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan kandungan ajaran Islam, baik itu
akidah, syariat, maupun akhlak.
4. Drs. Muhammad Al-Wakil
mendefinisikan, ”Dakwah adalah mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan
menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf dan nahi munkar.”
Dari beberapa definisi di atas
dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah bukan
hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga menyentuh
pada pembinaan dan takwin (pembentukan) pribadi, keluarga, dan masyarakat
Islam.
B. Metode Dakwah
Metode adlah suatu cara yang di
tempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan
suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia .Metode dakwah adalah jalan
atau cara yang di pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah
islam. Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah, yaitu:
1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan
memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada
kemampuan mereka, sehingga mudah di mengerti dan mereka tidak merasa bosan dan
apa yang da’i sampaikan.
2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah
dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran islam dengan rasa
kasih sayang (lemah lembut), sehingga apa yang disampaikan dai tersebut bisa
menyentuh hati si madu.
3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu
berdakwah dengan cara bertukar fikiran atau tanya jawab. Dengan ini dai bisa
mengetahui apa yang menjadi pertanyaan oleh sekelompok orang/individu tentang
suatu masalah dalam kehidupan.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat Islam, telah diketahui bahwa
dakwah mempunyai kedudukan yang amat penting. Dengan dakwah, dapat disampaikan
serta dijelaskan mengenai ajaran Islam kepada masyarakat dan umat sehingga
mereka dapat mengetahui mana yang benar (haq) dan mana yang salah (batil).
Peranan dakwah bukan hanya sebatas agar umat dapat mengetahui dan membedakan
tetapi dakwah juga dapat mempengaruhi masyarakat untuk bisa melaksanakan
hal-hal yang baik serta dapat menjauhi apa saja yang tidak benar yang terjadi
dalam masyarakat. Sekiranya ini dapat diwujudkan dalam masyarakat Islam, sudah
tentu hasrat kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dapat dicapai. Sala
satu contohnya adalah
Dakwah
Terhadap Orang ramai
Kalau kita memberikan dakwah kepada
orang ramai, maka tugas kita jauh lebih sulit dari memanggil orang – orang.
Kalau dalam fasal yang lalu telah dikemukakan bahwa pembicaraan mudah dapat
diduga, bahwa didalam menghadapi orang banyak akan sekian banyak predisposition
pendengar, yang harus kita hitungkan . Untunglah yang demikian itu tidak perlu
dilakukan.
Dalam hal predisposition, kita cukup
membagi golongan pendengar menurut dugaan dalam pembagian besar saja, dan
pembicaraan lalu disesuaikan menurut keadaan golongan dalam pembagian besar
itu. Dan kalau pembagian besar itu terlalu banyak dapat dicukupkan dalam 3
golongan saja yaitu : tingkatan yang terendah pengalamanya, sedang dan yang
tinggi.
metode
dakwah dilakukan berdasarkan pada obyek mad’u (sasaran dakwah). Jika mad’u itu
dari golongan orang yang mengetahui maka perlulah penjelasan yang terperinci
dan tegas besertakan dalil yang lengkap. Jika mad’u dari golongan orang yang
kurang memahami Islam yang sebenarnya maka barulah digunakan cara yang lembut.
Akan tetapi jika mereka itu telah memeluk Islam maka tidak boleh lari dari apa
yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya karena itu adalah tuntutan agama.
Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu prinsip utama yang fundamental dalam
ajaran Islam adalah “lakum dinukum waliyadin” memberikan pilihan kepada
setiap umat manusia untuk menentukan urusan agamanya (menjadi muslim atau orang
kafir). Namun seseorang dituntut bila menjadi Muslim maka hendaklah bersyukur
serta tunduk dan patuh akan ketentuan Allah SWT. Hal ini sebagaimana secara
tegas dinyatakan dalam al-Qur’an surah al-Insaan: 3: “Sesungguhnya Kami
telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur, ada pula yang kafir”.
Bahkan
ketika Rasulullah SAW. memiliki keinginan kuat agar setiap orang beriman kepada
Allah SWT, menjadi Muslim yang baik, dan bila perlu dengan pemaksaan dan
tekanan, maka Allah SWT. langsung mengingatkannya, dengan firman-Nya dalam Surah
Yunus: 99-100: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang
pun akan beriman kecuali dengan izin Allah dan Allah menimpakan kemurkaan
kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Juga
firman-Nya dalam Qur’an Surah Al Baqarah: 256: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan
yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Dengan demikian Supaya proses dakwah
berjalan dengan sempurna maka seorang dai harus menggunakan metode,materi serta
Media yang tepat. Seorang Dai harus mempunyai Materi yang sesuai dengan situasi
dan kondisi mad’u, yang mana dalam Penyampaian materi, si Dai hendaklah
menggunakan metode-metode pokok bagi seorang Dai. Setelah Proses Penentuan
materi serta Metode-metodenya terlaksana maka seorang Dai Bisa melaksanakan
Dakwahnya melalui media, Baik itu Media lisan tulisan dan sebagainya. Apabila
seorang dai telah melakukan tahapan-tahapan di atas maka yang terakhir adalah
Proses Evaluasi terhadap dakwah yang di sampaikannya, bagaimana respon ataupun
Feedback dari madu. Evaluasi dan koreksi terhadap efek dakwah harus
dilaksanakan secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau
setengah-setengah. Seluruh kompenen sistem (unsur-unsur) dakwah harus di
evaluasi secara keseluruhan. Para dai harus mempunyai jiwa terbuka untuk
melakukan pembaharuan dan perubahan.
Jika proses evaluasi telah menghasilkan
beberapa keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective
action). Dan jika proses ini telah dapat terlaksana dengan baik, maka
terciptalah mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah, dan inilah yang di
sebutkan dalam agama dengan sebutan ikhtiar insani .
Jadi, dalam proses penyampaian
ajaran agama islam maka si dai harus sangat memperhatikan unsur-unsur dakwah
guna mewujudkan efektifitas dalam penyampaian supaya si madu bisa menerima dan
mengaplikasikan ajaran-ajaran agama yang telah di sampaikan oleh si Dai tersebut
dalam kehidupannya.
Tujuan
utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
di akhirat yang diridhai oleh Allah. Nabi Muhamad SAW mencontohkan dakwah
kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan, dan perbuatan.
Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja
yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau
risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kista
dari Persia, dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
dapat
dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan kemampuan masing-masing
jurudakwah. Yang pasti, setiap Muslim wajib melaksanakannya karena seorang
Muslim berkewajiban menyebarkan kebenaran Islam kepada orang lain.
1. Dakwah Fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode
dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada
beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah
terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk
kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran
memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada
waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran
(tasmiyah).
2. Dakwah Ammah
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah
yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang
banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya
berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi
subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh
organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.
3. Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian
informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung
antara subyek dan obyek dakwah). Dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila
disampaikan berkaitan dengan hari ibadah, seperti khutbah Jum’at atau khutbah
hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian
terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
4. Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang
mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad’ulah)
mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da’i (juru dakwah). Dakwah jenis ini
mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kali
Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini
dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin
dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
5. Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat
sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan
menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan
yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari
dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang da’i, atau penulisnya sudah
wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya
tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.
6. Dakwah bil Hikmah
Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan
dakwah dengan cara yang arif atau bijak, yaitu melakukan pendekatan sedemikian
rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya
sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain
dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang
dilakukan atas dasar persuasif.
Dalam
kitab Al-Hikmah Fi Al Dakwah Ilallah Ta’ala oleh Said bin Ali bin wahif
al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian Al-Hikmah. Menurut bahasa,
Al-Hikmah artinya adil, ilmu, sabar, kenabian, dan Al-Qur’an; memperbaiki
(membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan; ungkapan
untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama; obyek kebenaran
(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal; serta pengetahuan atau ma’rifat.
Menurut
istilah syar’i, Al-Hikmah artinya valid (sah) dalam perkataan dan perbuatan,
mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara’ dalam Dinullah, meletakkan
sesuatu pada tempatnya, dan menjawab dengan tegas dan tepat.
Pengertian Teknik Dakwah
Teknik
adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu
metode. Untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, kita memerlukan
metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan,
sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi, dalam
setiap penerapan metode, dibutuhkan beberapa teknik.
Pada
garis besarnya, bentuk dakwah ada 3 yaitu:
a)
Dakwah Lisan
(da'wah bil al-lisan)
b)
Dakwah Tulis
(da'wah bil al-qolam)
c)
Dakwah Tindakan
(da'wah bil al-hal)
Berdasarkan
ketiga bentuk dakwah tersebut, maka metode dan teknik dakwah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1)
Metode Ceramah
a.
Teknik pesiapan
ceramah
b.
Teknik
penyampaian ceramah
c.
Teknik penutupan
ceramah
2)
Metode Diskusi
a.
Manfaat dan
macam-macam diskusi
b.
Teknik
pelaksanaan diskusi
3)
Metode Konseling
a.
Teknik non
direktif
b.
Teknik direktif
c.
Teknik elektik
4)
Metode Karya
Tulis
a.
Teknik penulisan
b.
Teknik penulisan
surat (korespondensi)
c.
Teknik pembuatan
gambar
5)
Metode
Pemberdayaan Masyarakat
a.
Teknik non
partisipasi
b.
Teknik tekonisme
c.
Teknik
partisipasi / kekuasaan masyarakat
6)
Metode
Kelembagaan
a.
Manejemen SDM
pengurus lembaga dakwah (man)
b.
Manejemen
keuangan lembaga dakwah (money)
c.
Manejemen
strategi lembaga dakwah (method)
d.
Manejemen sarana
lembaga dakwah (machine)
e.
Manejemen produk lembaga dakwah (material) f)
Manejemen pemasaran lembaga dakwah (market)
Pengertian
Taktik Dakwah Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau
metode tertentu. Taktik sifatnya individual, masing-masing pendakwah memiliki
taktik yang dalam menggunakan teknik yang sama, setiap pendakwah yang
menjalankan kegiatan dakwah masing-masing memiliki pendekatan, strategi,
metode, teknik, dan taktik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini juga
berlaku saat menghadapi mitra dakwah yang berbeda. Dengan demikian keberhasilan
dakwah lebih bersifat kasuistik. Keberhasilan dakwah dengan suatu metode dan
teknik belum tentu sukses dalam dakwah yang lain. Taktik dakwah dapat menjadi
identitas individu, setiap orang cenderung pada taktik tertentu, meski taktik
yang lain bisa dilakukannya. Ada taktik dominant dalam diri kita, sehingga ini
yang sering muncul dari kita, baik disadari maupun tidak disadari, taktik
hampir bersama dengan karakter kita.
Metode Dakwah Rasulullah
Setelah memahami metode dakwah yang tertera di dalam
Alquran, dapat dipahami bahwa metode dakwah yang digunakan oleh Rasulullah
adalah metode yang sesuai dengan yang tertera di dalam Alquran, dengan melalui
pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga dalam catatan sejarah dakwah Islam,
Rasulullah merupakan tokoh utama dalam penyebaran agama Islam di kalangan
masyarakat Arab, selain dakwah yang juga dilaksanakan oleh nabi sebelum
Rasulullah kepada kaumnya.
Cara atau metode yang disampaikan oleh Rasulullah agar
tujuan dakwah dapat tercapai adalah dengan mengambil langkah-langkah gemilang
yang tercatat di dalam sejarah, di antara langkah-langkah beliau dalam
penyampaian dakwah adalah dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan
dakwah secara rahasia selama tiga tahun;
2. Tahapan dakwah secara terbuka
terhadap penduduk Mekkah, sejak tahun keempat kenabian hingga akhir tahun
kesepuluh kenabian; dan
3. Tahapan dakwah di luar Mekkah,
berlangsung dari akhir tahun kesepuluh kenabian hingga hijrah ke Madinah.
Dengan melalui metode yang tertera di dalam Alquran,
Rasulullah menerapkan beberapa pendekatan dalam aplikasi penggunaan metode
tersebut, metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan
personal; dilakukan dengan cara individual antara pelaku dakwah dan sasaran
dakwah dengan tatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan
menimbulkan reaksi dari sasaran dakwah yang langsung diketahui.
2. Pendekatan pendidikan; dilakukan
seiring dengan masuk islamnya para sahabat, dan hingga sekarang hal tersebut
masih teraplikasi pada lembaga pendidikan pesantren, yayasan bernuansa Islam,
atau perguruan tinggi yang terdapat materi-materi keislaman.
3. Pendekatan diskusi; dilakukan oleh
pelaku dakwah sebagai nara sumber, dan sasaran dakwah sebagai audience
(peserta diskusi), dengan tujuan dari diskusi tersebut membahas serta menemukan
solusi dari problematika yang berkaitan dengan dakwah sehingga dapat
diselesaikan.
4. Pendekatan
penawaran; dilakukan dengan menawarkan atau mengajak untuk beriman kepada Allah
SWT tanpa memaksa (persuasif).
5. Pendekatan
misi; dilakukan dengan mengutus atau mengirimkan para pelaku dakwah ke daerah
di luar tempat berdomisili (ekspansi).
Dengan memperhatikan beberapa hal yang telah diuraikan
mengenai metode dakwah Rasulullah, dapat dijadikan sebagai pelajaran kepada
umat Islam dalam pelaksanaan dakwah memerlukan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Mengembangkan
pola pikir dan wawasan keilmuan;
2. Pola pikir
dan wawasan yang luas tersebut mempengaruhi kepribadian, sehingga tidak mudah
terlarut dengan sikap-sikap negatif;
3. Mampu
menguraikan materi sesuai dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian di atas, dapat disimpulakan bahawa metode dakwah dilakukan berdasarkan
pada obyek mad’u (sasaran dakwah). Jika mad’u itu dari golongan orang yang
mengetahui maka perlulah penjelasan yang terperinci dan tegas besertakan dalil
yang lengkap. Jika mad’u dari golongan orang yang kurang memahami Islam yang
sebenarnya maka barulah digunakan cara yang lembut. Akan tetapi jika mereka itu
telah memeluk Islam maka tidak boleh lari dari apa yang diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya karena itu adalah tuntutan agama.
Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu prinsip utama yang fundamental dalam
ajaran Islam adalah “lakum dinukum waliyadin” memberikan pilihan kepada
setiap umat manusia untuk menentukan urusan agamanya (menjadi muslim atau orang
kafir). Namun seseorang dituntut bila menjadi Muslim maka hendaklah bersyukur
serta tunduk dan patuh akan ketentuan Allah SWT. Hal ini sebagaimana secara
tegas dinyatakan dalam al-Qur’an surah al-Insaan: 3: “Sesungguhnya Kami
telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur, ada pula yang kafir”.
B. Saran
Kami
menyadari tentu masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari
penulisan serta penyajian dalam Makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan
masukan-masukan dari Dosen Pembimbing Serta teman-teman guna kesempurnaan
makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Rahmat
Semesta, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2003, h. 7-8.
Siti Zainab,
Harmonisasi Dakwah dan Komunikasi, Banjarmasin: Antasari Press, 2009, h. 32.